BANDA ACEH - Rekonsiliasi atau penyatuan pasca
Pilkada Aceh akan mudah dilakukan, namun hal tersebut tergantung pada aktor
politik yang terlibat di dalamnya sinyal2 ke arah itu sudah mulai terlihat.
Pernyataan itu disampaikan oleh Mawardi Ismail saat menjadi narasumber diskusi
Haba Pilkada 2017 yang berlangsung pada Selasa, (28/2/2017) di Media Center KIP
Provinsi Aceh, Jln. Teuku Nyak Arief, Banda Aceh.
“Pertemuan
Irwandi dan Muzakir Manaf saya kira sudah merupakan sinyal positif, namun kita
juga dikejutkan dengan konferensi pers yang dilakukan Nasir Djamil. Tapi sepanjang pernyataan dan
tindakan itu masih dalam ruang dan rambu –rambu yang dibenarkan oleh hukum maka
tidak akan jadi masalah,” ujar Mawardi Ismail kepada peserta diskusi.
Diskusi
yang diselenggarakan oleh The Aceh Institute (AI) dan mengambil tema “Membaca
Arah Bandul Politik, Pasca Pilkada Rekonsiliatif di Aceh” ini Mawardi Ismail
juga menekankan bahwa pelaku politik harus belajar menjadi dewasa tidak harus
persengketaan politik menjadi persengketaan pribadi. Menurut Akademisi Unsyiah
yang juga pernah menjadi panelis pada debat pilkada calon menyebutkan dewasa tersebut harus ditumbuhkan dalam
masyarakat Aceh.
“Hasil
Pilkada hari ini membuat terkejut sebahagian orang, ada yang tersenyum kenapa
seperti itu? Menurut saya rasa terkejut ini karena banyak prediksi – prediksi
yang meleset. Padahal kalau ditanyakan kepada saya prediksi yang meleset pada
kontestan politik hal biasa. Seperti menangnya Trumph di AS, banyak ahli yang memprediksi yang akan menang
Hillary dan kalau melihat prediksi tidak salah Hillary memperoleh suara lebih
besar dari Trumph dan system di AS Electoral college akhirnya Trumph yang
menang,” sebut Mawardi.
Mawardi
Ismail juga menambahkan tentang pelajaran penting yang bisa diambil saat
pelantikan Trumph, Hillary tetap hadir.Kehadiran Hillary sebagai bentuk
penghormatannya terhadap pilihan rakyat Amerika.
Sementara
itu Ifdhal Khasim yang merupakan Staf Khusus Presiden mengatakan Jakarta
sekarang tidak bisa lagi mensetting pemilihan kepala daerah diberbagai
provinsi.Dalam hal memilih kepala daerah pemerintah pusat tidak bisa
mengintervensi.
Sistem
politik sekarang ini berbeda, karena ada didaerah juga punya sistem tersendiri.
Karena itu pendekatan yang bersifat sentralistik tidak mungkin. Presiden tidak
mungkin bisa mempunyai putra mahkota yang diperjuangkan untuk dimenangkan
habis-habisan dalam pilkada karena ongkosnya terlalu besar, tapi presiden
membaca sejauh mana orang yang terpilih bisa mendukung supaya kebijakan
nasional bisa berjalan didaerah,” sebut Ifdhal Kasim.
Dalam
diskusi yang dipandu oleh Komisioner KKR Mastur Yahya tersebut Ifdhal juga
menyebutkan bahwa kalaupun pemerintah pusat punya kepentingan, tapi bukan
berarti presiden akan melakukan apapun sesuai dengan keinginan dia, apalagi
dengan pengerahan aparat keamanan, mengintimidasi agar memilih orang yang
dikehendaki oleh pusat.
Jadi
kalau ada pernyataan dari kandidat dia direstui oleh pusat, itu merupakan bentuk
kamuflase saja. Ada tokoh-tokoh politik nasional minta izin, silahkan saja karena hal tersebut
bukan restu sifatnya formal. Apalagi system pemilukada didaerah ini ada
dukungan dari setiap partai.Dukungan partai di pusat dan daerah berbeda kepada
masing –masing calon dan Itu menunjukkan sangat sulit memaintance secara
sentralistik oleh presiden untuk menentukan kepala daerah di satu tempat.
Akhirnya yang dilakukan adalah melihat sejauh mana tokoh yang akan muncul itu
dilihat siapa yang akan menang dan dianalisa kemungkinan yang akan terjadi dan
apa yang bisa dia lakukan untuk membangun kerjasama dengan calon yang akan
menang itu.
Pada
akhir diskusi, DR.Fajran Zain selaku Direktur Eksekutif AI mengatakan, bahwa
kegiatan diskusi ini masih merupakan bagian dari Voters Education and
Stakeholders Outreach/ VESO) dan dihadiri oleh Sejumlah perwakilan NGO/CSO juga
akan hadir, seperti Forum LSM Aceh, Koalisi NGO HAM, KONTRAS Aceh,
Internasional Center for Aceh and Indian Ocean Studies (ICAIOS), Jaringan
Survey Initiative (JSI) dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Aceh
(P3KA) serta sejumlah OKP, BEM universitas dan juga media cetak, online serta televisi.
"Ini
sebenarnya program diskusi yang terakhir dan kami membuat 6 kali dan sudah buat
36 kegiatan diseluruh Aceh, sebenarnya ini kontribusi kecil dan kita harapkan
ada upaya lebih jauh saya berharap kita bisa membangun pilkada yang lebih baik
ke depan. Setelah ini selesai AI akan membantu proses pemerintahan Aceh baik
provinsi dan kabupaten kota dan kami mengundang seluruh hadirin disini untuk
bisa hadir pada diskusi-diskusi yang akan kami lakukan dikantor kami. Insya
Allah kita akan ketemu dengan acara-acara yang akan kita adakan beberapa hari
ke depan, terima kasih, “ pungkas Fajran saat menutup Acara.[Red]
0 komentar:
Post a Comment