AtjehUpdate.com, Banda
Aceh
- MPR RI menggelar Kegiatan Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan, Pancasila
Undang-Undang Dasar RI Tahun 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia dan
Bhinneka Tunggal Ika di Aula Fakultas Hukum Unsyiah, Banda Aceh, jumat
(16/06/2017).
Kegiatan sosialisasi empat
pilar kebangsaan ini dihadiri oleh Drs Ghazali Abbas Adan (Anggota DPD RI asal
Aceh), Dr Zahratul Idami SH MH (Pakar Hukum Tata Negara), Basri Effendi SH MH M.Kn (Ketua Pemuda Dewan Dakwah Aceh), para dosen, para mahasiswa, awak media dan
ratusan kader dan aktivis Pemuda Dewan Dakwah se-Aceh.
Dalam pemaparannya, Senator
DPD RI ini menyampaikan bahwa menjadi anggota DPD RI merupakan amanat rakyat
yang dipilih secara non partai/idependen serta berupaya untuk memperjuangkan
aspirasi rakyat serta mensejahterakan masyarakat daerah (Aceh) pada khususnya
dan rakyat Indonesia pada umumnya sesuai dengan Pancasila UUD 1945.
"DPD memang harus
berteriak untuk kesejahteraan rakyat. Bukan hanya sekedar berteriak untuk yang
belum tentu bisa memberi kontribusi untuk rakyat tapi seolah-olah malah hanya
mementingkan kepentingan golongan dan keluarga besarnya saja," ujarnya.
Ghazali menambahkan
"DPD RI merupakan wakil dan amanah rakyat. Yang seharusnya meneruskan
amanat dan perjuangan rakyat, harus pro dengan kebutuhan rakyat dan berupaya
semaksimal mungkin bekerja untuk kepentingan rakyat." Imbuhnya.
"Lalu fungsi kita di
DPD memiliki improvisasi dan kontrol terhadap pemerintah melalui menteri. Kami
rapat DPD tidak pernah bicara persoalan partai. Tapi bahasan kita bagaimana
berbicara terhadap kepentingan rakyat dan kemajuan ekonomi daerah. Maka itulah
fungsi kita di DPD yang merupakan asal kita dari rakyat, yang dipilih oleh
rakyat dan tugas kita sebagai wakil rakyat untuk kepentingan rakyat,"
katanya.
Ghazali juga memaparkan
bahwa selama ini banyak sistem pemerintahan di aceh bahkan di seluruh Indonesia
yang hanya memikirkan diri sendiri, politik yang carut Marut yang hanya
mementingkan perut sehingga kondisi ekonomi masyarakat semakin miskin dan juga
budaya dan sosial yang menurutnya telah melenceng dari kebhinekaan.
Dengan tegas Ghazali
mengungkapkan "Pancasila belum jadi etos dan nilai moral para pengambilan
kebijakan di negeri ini. Secara prosedur semuanya mengatakan pro Pancasila.
Tapi secara fungsional dan substansinya mereka berlawanan dengan nilai moral
yang terkandung dalam nilai moral pancasila tersebut," tegasnya.
Ghazali mengharapkan
DPD-RI sebagai artikulator daerah dalam memajukan pendidikan masyarakat dan
ekonomi daerah seharusnya dimiliki oleh putra bangsa /daerah yang cerdas,
berwawasan luas, tanggap lingkungan dan selalu berkontribusi untuk masyarakat
dan kemajuan daerahnya.
Ghazali kemudian
menambahkan "Pemimpin dan elit kita belum bisa jadi teladan untuk
pancasila dan kebhinekaan negeri ini. Maka tugas dan upaya kita di parlemen
yang selalu bersinergi dengan menteri merupakan pengontrolan terhadap kinerja
pemerintah pusat (presiden)," Imbuh senator asal Aceh tersebut.
Sementara Ketua Pemuda
Dewan Dakwah Aceh, Basri Effendi, SH. MH, M.Kn mengungkapkan beberapa faktor
yang mengganggu kestabilan NKRI dan Kebhinekaan yaitu ekonomi (urusan perut),
keadilan dan hukum.
"Di Indonesia tidak
ada masalah dengan kebhinekaan, persatuan dan pancasila tapi permasalahan di
negeri kita ini berpunca pada urusan ekonomi, penenegakan hukum dan keadilan
yang belum stabil dan merata," tegas Basri.
Secara tegas Basri
mengatakan "Bicara dulu penegakan hukum yang adil, keadilan yang paripurna
dan ekonomi yang merata.
Baru kebhinekaan
pemerintah Jokowi bicara terkait revolusi mental. Ketika Nilai-nilai
kemanusiaan dan moral agama sudah dimiliki oleh seluruh anak bangsa negeri ini,
maka Kebhinekaan dan kepancasilaan akan lahir di negeri ini," pungkas
Basri
Basri menambahkan
"Sejatinya Umat Islamlah pemilik
saham sebenarnyayang dimiliki negeri ini. Tapi sangat disayangkan dan kita
sama-sama prihatin kenapa pemimpin dan penguasa negeri ini selalu
mendiskreditkan umat Islam. Padahal sejarah mencatat bahwa Umat Islamlah yang
sangat berperan penting dalam pondasi dan berdiri tegaknya negeri yang kita
sebut Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI," tutup Basri.[Najmi]
0 komentar:
Post a Comment