AtjehUpdate.com, Aceh
Tamiang - Amran (47), salah seorang petani nilam Desa Pantai Tinjau, Kecamatan
Sekerak, kini terlihat lesu. Pasalnya, sejak awal tahun 2017 lalu harga minyak
nilam dipenampung Kota Medan, Sumatera Utara, dilaporkan menurun drastis, dari
Rp 650 ribu/kg menjadi Rp 500 ribu/kg. Hal tersebut membuat petani nilam ini
berencana untuk jeda tanam sementara,
jika harga minyak nilam belum kembali normal.
"Harga minyak nilam
akhir 2016 masih Rp 650 ribu/kg, tapi sejak awal tahun 2017 sampai saat ini
harga turun Rp 500 ribu/kg," ujar Amran yang juga pengumpul minyak nilam
milik petani setempat.
Amran yang dikunjungi
Atjehupdate.com, dikediamannya Desa Pantai Tinjau, Kecamatan Sekrak, Aceh
Tamiang, Selasa (21/3) mengungkapkan, jika harga minyak nilam berada dibawah Rp
500 ribu/kg, para petani nilam Desa Pantai Tinjau sementara akan berhenti menanam.
Pria yang piawai dalam
menyuling minyak nilam secara tradisional tersebut, dipercaya oleh petani
setempat menjadi ketua kelompok tani "Nilam Jaya", sekaligus
pengumpul/menyuling hingga memasarkan minyak nilam di Medan.
Menurutnya, kini sejumlah
petani nilam hampir memasuki masa panen daun nilam, dengan luas lahan bervariatif,
mulai dari 1/2 hektar sampai 2 hektar.
"Usai panen nanti
mereka bilang kepada saya tidak mau tanam lagi sebelum harganya tembus Rp
650/kg. Kami berharap harga minyak nilam jangan sempat dibawah 500 ribu/kg,
karena akan berpengaruh kepada ekonomi petaninya," ujar Amran menirukan
aduan para petani kepada dirinya.
Jumlah anggota kelompok
tani nilam di Pantai Tinjau sekitar 30 (tiga puluh) orang. Seluruh petani itu
termasuk petani diluar kelompok menyerahkan hasil panennya kepada Amran, untuk
selanjutnya disuling menjadi minyak dengan pembagian disesuaikan banyaknya
nilam yang direbus.
Dirinya mengaku mulai
melebarkan sayap penyulingan minyak nilam hingga keluar daerah. Saat ini cakupannya
sudah sampai Aceh Timur.
"Di Aceh Timur kita
juga sudah ada dapur penyulingan nilam. Disana kita ingin mengajarkan
bangaimana cara menyuling nilam yang bagus, untuk menampung nilam dari petani
Aceh Timur," terangnya.
Disamping itu, Amran juga
dipercaya oleh petani nilam asal Palembang untuk memasarkan minyak nilam ke
penampung di Medan. Sekitar puluhan kilo gram minyak nilam dibawa kerumahnya.
Hal ini karena minyak nilam hasil olahan Amran dikenal sangat bagus sehingga
tidak mempengaruhi harga jualnya. Sebab, Amran memiliki resep khusus dalam
menyimpan minyak nilam meskipun dalam waktu yang lama kualitas minyak nilam
tetap terjaga.
"Sekarang kita sudah
ada kawan dari Palembang, dalam dua Minggu sekali mereka datang kemari membawa
sekitar 80-100/kg minyak nilam. Mereka menitipkan minyak nilamnya untuk kita
pasarkan ke Medan, karena harga di daerah Sumatera Selatan lebih murah,"
jelasnya.
Sementara, dari dapur
penyulingan tradisional miliknya, dalam dua pekan hingga satu bulan, Amran
mampu menjual minyak nilam sekitar 50-60 kg. Sebelumnya, minyak untuk bahan
campuran kosmetik tersebut ia kumpulkan sampai banyak, baru kemudian dijual ke
penampung minyak nilam di Medan. Sejauh ini minyak nilam asal Indonesia
merupakan kualitas ekspor.
"Permintaan minyak
nilam di luar negeri agak sepi, makanya minyak nilam di Indonesia harganya
turun," pungkas pelopor budidaya nilam di Kecamatan Sekrak ini.[Red]
0 komentar:
Post a Comment